Selasa, 30 Juli 2013

Menjadi Wakil Rakyat Tidak Sekedar Bagi-Bagi Bantuan

Pembangunan merupakan suatu proses. Ia dilaksanakan melalui tahapan-tahapan yang terarah untuk mencapai tujuan. Tahapan pembangunan itu sendiri harus direncanakan sehingga mencapai sukses. Namun, adakalanya sebuah rencana terhadang masalah dana, yang kerap dilagukan sangat terbatas. Maka untuk mengaplikasikan rencana tersebut,  diperlukan perjuangan keras dari elemen lain yang bernama wakil rakyat agar dapat mengisi kebutuhan ril masyarakat.

Perjuangan itu sendiri, tentulah pula membutuhkan komitmen untuk tetap memikirkan rakyat. Ia tidak memerlukan wacana-wacana. Pembangunan tidak bisa dilaksanakan dengan khayalan satu malam. Dalam konteks ini, waktu adalah soal pembuktian.
Hari ini, ditengah kebutuhan masyarakat  semakin tak terpenuhi, seperti bagaimana sawah mereka tetap dialiri air, bagaimana mobilitas mereka tetap lancar dan bagaimana jembatan bisa menghubungkan ruas jalan yang terputus oleh sungai. Semua itu, dalam wacana-wacana tokoh politik yang makin marak menghebat-hebatkan diri, tetapi tidak jua mampu merubah kondisi daerah yang tetap terseok-seok.
Atau, ketika rakyat berharap kepada anggaran  yang termuat dalam APBD, pemerintah daerah selalu berkata tentang keterbatasan dana. Konon, pitih-pitihnya lebih tersedot untuk belanja pegawai. Paling tidak, di anggaran pemerintah Kabupaten Solok, misalnya, cuma tersisa anggaran 25  persen untuk belanja pembangunan. Semuanya disana. Pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan uang tak terduga bagai, di angka 25 persen itu juga.
Meratapi anggaran yang terbatas dimasing-masing daearah, seperti di Kota Solok, Kabupaten Solok dan Solok Selatan, termasuk pula Kabupaten Pesisir Selatan, setidaknya masih bisa menumpangkan harapan ketika  tokoh-tokoh muda mereka duduk di lembaga DPRD Sumbar. Visi kedua tokoh muda ini cukup tegas untuk membangun daerah asal pemilihannya, yakni Sumbar II (Kota dan Kabupaten Solok, Kab.  Solok Selatan, termasuk pula Kabupaten Pesisir Selatan). Sosok politikus yang santun dan selalu peduli terhadap aspirasi rakyat dan menjeput kebutuhan masyarakat sampai ke pelosok-pelosok tentu saja Ir. Bachtul. Putra nagari  Guguak,kecamatan Gunung Talang yang tampil ke DPRD Sumbar bersama partai PBR, dan satu lagi Ir. Israr Jalinus, Ketua BPOK DPW PAN Sumatera Barat, yang juga Ketua Fraksi PAN DPRD Sumbar.
Tidak begitu sulit mengenal tokoh-tokoh muda yang notabene merupakan putra harapan Kabupaten Solok saat ini. Pula, bukan sebuah keniscayaan ketika Bachtul, misalnya,  bercita-cita melebarkan sayap politiknya hingga ke gedung kura-kura di Senayan. Dengan menjadi anggota DPR-RI, kelak, Bachtul berpikir tentu akan lebih mudah dan gampang menggenjot   pembangunan yang tengah  dilakukan di daerah-daerah di Sumatera Barat.
Keteguhan Bachtul untuk merintis jalan ke Senayan, sama kuatnya dengan komitmen Israr Jalinus memikirkan Dapilnya dari gedung rakyat di jalan Khatib Sulaiman Padang. Kedua tokoh ini, cenderung menghindari  janji-janji politik, kecuali menjawab aspirasi dengan program pembangun. Bahkan saat ini, ketika menduduki kursi lembaga DPRD Sumbar pun, kedua tokoh  muda telah banyak melakukan restorasi.
Banyak bukti untuk memperlihatkan perubahan yang telah dilakukannya.  Saban tahun, tak sedikit proyek-proyek pembangunan yang dibiayai dengan APBD Sumbar yang notabene merupakan hasil perjuangan mereka. Untuk tahun 2012 ini saja, sedikitnya nilai nominal yang telah dialokasikan untuk Kabupaten Solok saja, contohnya, hampir mencapai Rp 48 Milyar. Berjuangan Bachtul bersama Israr Jalinus ini, didukung HM Nurnas yang notabene adalah Sumando urang Solok, HM. Tauhid serta Zulkifli Jailani dan Saidal Masfiyudin Semua kue pembangunan itu direbutkanya melalui perjuangan keras di Komisi III DPRD Sumbar. Sehingga kini, sejumlah proyek   infrastruktur pertanian dan prasarana jalan dan jembatan terus dibenahi untuk menggangkat struktur perekonomian masyarakat dari banyak sektor.
Kepedulian Bachtul dan israr, tidak tinggal di mulut sebagai janji politik. Tidak ada yang membantah ketika ditanyakan di lingkungan masyarakat di Daerah pemilihan mereka.  “ Bachtul dan Israr Jalinus, dikenal sangat peduli. Beliau-beliau selalu turun ke daerah-daerah menjeput aspirasi masyarakat,  tidak hanya pada masa-masa menjelang  pemilu legislatif. Tetapi sejak menjadi anggota DPRD, secara teratur terus memperhatikan daerah asal  pemilihannya, “ kata  salah seorang tokoh masyarakat di Lembang Jaya, Kabupaten Solok  yang  mengaku bernama Syamsiwir.
Pendapat serupa juga banyak diungkapkan oleh masyarakat di Sulit Air, Sungai Lasi, dan bahkan Solok Selatan dan Pesisir Selatan. Durasi Pengabdiannya lebih banyak dihabiskan untuk mengunjungi warga yang notabene telah memberi amanah kepadanya.
Wakil rakyat itu telah memperjuangkan dana pembangunan. Akan sangat panjang untuk mengurai jumlah sarana dan prasarana dan bentuk  infrastruktur yang sudah diperjuangan Israr dan Bachtul. Kendati pos anggarannya berasal dari  APBD Sumbar, tetapi tanpa perjuangan dan kerja keras melakukan terobosan-terobosan di tingkat Provinsi, bagaimana mungkin dialokasikan sebanyak itu. “ Kita kadang malah bertengkar sesama anggota legislatif untuk merebut anggaran itu agar dialokasikan ke Solok, “ ujar Bachtul.
Hasil dari ‘pettengkaran’ itu dapat dilihat dari bentangan sejumlah proyek  rehabilitasi Irigasi Bandar Ubo di kecamatan Lembang Jaya, Irigasi Bandar Panjang Koto Hilalang dan Bandar Panjang Sawah Sudut Salayo serta Irigasi Batang Lembang Kanan di Koto Baru, kecamatan Kubung adalah sedikit contoh dari banyak kegiatan proyek irigasi yang diperbaiki tahun 2012 ini.
“Masing-masing dialokasikan dana Rp 1 miliyar dan segera di kerjakan setelah tender dilaksanakan, “ kata Israr Jalinus  yang diamini oleh Kabid Cipta Karya Dinas PU Kab.. Solok Welzinasli,ST dan KPA dari PSDA Sumbar Ujang Sarbaini ST,MM di Solok, baru-baru ini. “ Kita konsisten dengan komitmen untuk  memperjuangkan masyarakat, karena sejak awal kita duduk di DPRD Sumbar karena rakyat sebagai konstituens kita, “ ulas Bachtul menimpali.
Bagi putra ke 8 dari 9 bersaudara ini, tugas wakil rakyat tidak hanya sekedar membagi-bagi bantuan. Ia sengaja menghabiskan seluruh kemampuannya sebagai wakil rakyat justru untuk memperjuangkan program berdasar aspirasi rakyat.  Program-program yang bermanfaat untuk publik, justru bisa diperjuangkan di lembaga legislatif. “ Anggota dewan itu tugas utamanya bagaimana mampu melakukan restorasi. Memperjuangkan rakyat untuk perubahan peradaban yang diawali dengan menggerakkan perekonomian, kesehatan dan pendidikan. Karena itu,begitu kita duduk di lembaga DPRD, kita selalu berjuang dan mempertaruhkan amanah untuk kepentingan masyarakat banyak, “ kata lelaki berkacamata minus kelahiran Solok 28 November  1967 ini.
Anak ke delapan dari pasangan Bachtiar Yusuf dan Hj Zanidar  itu menyebutkan bantuan-bantuan yang bersifat insidentil dan parsial, dimatanya justru  sebatas pelengkap atau pemanis dari perjuangan program yang dilakukan. Bukan berarti ia alergi menyerahkan bantuan sesaat, seperti bantuan seperti pupuk untuk kelompok tani, atau bantuan bentuk lain kepada kelompok nagari, tetapi  manfaatnya Cuma seketika dan itupun biasanya di peroleh oleh sekelompok orang saja. “ Tetapi yang sesuangguhnya dibutuhkan masyarakat adalah program pembangunan. Dengan mendatangkan proyek irigasi, atau jalan dan jembatan, dampaknya cukup luas terhadap perekonomian dan gunanya juga untuk waktu yang relatif lama. Sesungguhnya ini yang harus diperjuangkan, bukan mengantarkan bantuan parsial ketika hendak memulai kampanye saja, “ jelas alumni Fakultas Teknis Unand Padang ini.

Bachtul tentu bukan tanpa analisa menyampaikan demikian. Juga bukan tanpa realita ia menuturkan pemikirannya. Secara kasat mata,  sejumlah proyek dengan nilai miliaran rupiah telah dihantarkannya ke daerah-daerah asal pemilihannya. Bahkan tingginya nilai proyek perbaikan irigasi yang dialokasikan, menurutnya tentu akan mengangkat  produktifitas petanian ketika saluran irigasi diperbaiki. 
Tatkala struktur perekonomian masyarakat  masih  menggantungkan harapan kepadastruktur sektor pertanian, akan semakin berarti kalau akhirnya yang diperjuangkan adalah proyek irigasi, jalan dan jembatan. Terbangunnya infrastruktur pertanian tentulah bakal  menjadi jaminan terhadap pasokan air ke sawah-sawah. Kunci pasokan air sawah itu sendiri tergantung dari kualitas irigasi itu sendiri.
“ Kita tidak bisa menutup mata jika irigasi menjadi masalah dalam budidaya pertanian.karena itu perbaikan irigasi   selalu sangat urgens. Dan itu yang terus kita perjuangkan, “ jelas suami Imelda Wiguna ini 
Dampak domino dari perbaikan   irigasi tersebut, logika awam menyebutkan bakal  mampu mempertahankan dan bahkan meningkatkan produktivitas pertanian, tentu pula akan mempertahankan produksi bareh Solok. Dalam kerangka ini, hasil pertanian Kabupaten Solok yang khas, yakni bareh Solok dapat dipertahankan dan bahkan mungkin selalu swasembada. “ Ketika obsesi itu terwujud, dengan sendirinya kualitas kesejahteraan masyarakat akan tercapai, “ timpak Israr Jalinus.
Berbeda hasilnya ketika wakil rakyat mengantarkan bantuan-bantuan sesaat. Sehebat-hebat angota dewan, berapapun bantuan yang dialirkan ke daerah-daerah, kalau cuma sebatas bantuan insidentil dan parsial akan habis dalam tempo waktu yang singkat. Artinya berapapun uang yang dibagi-bagikan, katakanlah sedikitnya Rp 5 miliar untuk satu masa kampanye, hasilnya tidak sebanding dengan apa yang sedang dibutuhkan masyarakat. “ Bahkan yang beruntung cenderung sebagian kecil orang secara pribadi, atau kelompok yang merasakan manfaatnya. Karena alasan itu harusnya menjadi wakil rakyat itu  berjuang membawa dana negara ke dapilnya dalam bentuk program, bukan membawa bantuan sesaat.Kita komit terhadap perjuangan ini, “ tegas Bachtul.
Dapat dibayangkan, betapa rugi masyarakat yang memilih anggota legislatif yang duduk di Senayan hanya mampu mengantarkan uang beberapa miliar untuk satu masa kampanye, tetapi alpa merebut kue pembangunan di tingkat Nasional. Bila komitmen untuk memperjuangkan rakyat menjadi hiasan hatinya, diyakini ratusan miliar  dana APBN dapat dialokasikan ke daerah-daerah pemilihannya di Sumatera Barat. Namun yang terjadi selama ini cenderung ditukar dengan nilai nominal dalam bentuk sumbangan ke mana-mana dan gemanya mengapung pula kemana-mana. “ Kan rugi marsyarakat kalau tokoh politik yang telah duduk di DPR-RI, kemudian hanya membagi-bagikan beberapa miliar pada masa akan mengikuti pemilu legislatif. Padahal seharusnya yang mereka bawa itu program pembangunan, bukan bagi-bagi bantuan untuk sesaat, “ tegasnya.

Tetapi ironisnya masyarakat justru ikut terlena.  Kalau akhirnya masyarakat bisa dipuaskan dengan bantuan-bantuan sesaat itu, lama-lama wakil rakyat  akan berpikir sesaat pula. Mereka hanya fokus bagaimana mengumpulkan uang sebanyak banyaknya untuk  disumbangkan pada saat kampanye.

Dalam kondisi sepeti itu, yang disangsikan adalah  dana program pembangunan yang seharusnya  dibawa ke daerah pemilihannya, justru di ‘jual’ ke daerah lain dengan kompensasi mengembalikan uang jasa. Dan uang jasa itulah yang kemudian di bagikan ke daerah asalnya. “ Ya, bisa jadi demikian analisanya. Tetapi sejatinya tugas wakil rakyat itu bukan membagikan bantuan dalam bentuk uang atau barang-barang keperluan sesaat, melainkan memperjuangkan rakyat dalam bentuk program pembangunan, “ papar tokoh muda asal Kabupaten Solok itu ketika dikonfirmasi soal pola laku wakil rakyat di Senayan.*** 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar