Pembangunan
merupakan suatu proses. Ia dilaksanakan melalui tahapan-tahapan yang terarah
untuk mencapai tujuan. Tahapan pembangunan itu sendiri harus direncanakan sehingga
mencapai sukses. Namun, adakalanya sebuah rencana terhadang masalah dana, yang
kerap dilagukan sangat terbatas. Maka untuk mengaplikasikan rencana tersebut, diperlukan perjuangan keras dari elemen lain
yang bernama wakil rakyat agar dapat mengisi kebutuhan ril masyarakat.
Perjuangan itu sendiri,
tentulah pula membutuhkan komitmen untuk tetap memikirkan rakyat. Ia
tidak memerlukan wacana-wacana. Pembangunan tidak bisa dilaksanakan dengan khayalan
satu malam. Dalam konteks ini, waktu adalah soal pembuktian.
Hari ini, ditengah
kebutuhan masyarakat semakin tak terpenuhi,
seperti bagaimana sawah mereka tetap dialiri air, bagaimana mobilitas mereka
tetap lancar dan bagaimana jembatan bisa menghubungkan ruas jalan yang terputus
oleh sungai. Semua itu, dalam wacana-wacana tokoh politik yang makin marak
menghebat-hebatkan diri, tetapi tidak jua mampu merubah kondisi daerah yang
tetap terseok-seok.
Atau, ketika rakyat berharap kepada anggaran yang termuat dalam APBD, pemerintah daerah selalu
berkata tentang keterbatasan dana. Konon, pitih-pitihnya
lebih tersedot untuk belanja pegawai. Paling tidak, di anggaran pemerintah Kabupaten
Solok, misalnya, cuma tersisa anggaran 25
persen untuk belanja pembangunan. Semuanya disana. Pembangunan
infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan uang tak terduga bagai, di angka 25
persen itu juga.
Meratapi anggaran yang terbatas dimasing-masing
daearah, seperti di Kota Solok, Kabupaten Solok dan Solok Selatan, termasuk
pula Kabupaten Pesisir Selatan, setidaknya masih bisa menumpangkan harapan
ketika tokoh-tokoh muda mereka duduk di
lembaga DPRD Sumbar. Visi kedua tokoh muda ini
cukup tegas untuk membangun daerah asal pemilihannya, yakni Sumbar II (Kota
dan Kabupaten Solok, Kab. Solok Selatan,
termasuk pula Kabupaten Pesisir Selatan). Sosok politikus yang santun dan
selalu peduli terhadap aspirasi rakyat dan menjeput kebutuhan masyarakat sampai
ke pelosok-pelosok tentu saja Ir. Bachtul. Putra
nagari Guguak,kecamatan Gunung Talang
yang tampil ke DPRD Sumbar bersama partai PBR, dan satu lagi Ir. Israr Jalinus,
Ketua BPOK DPW PAN Sumatera
Barat, yang juga Ketua Fraksi PAN DPRD Sumbar.
Tidak begitu sulit mengenal tokoh-tokoh muda yang
notabene merupakan putra harapan Kabupaten Solok saat ini. Pula, bukan sebuah
keniscayaan ketika Bachtul, misalnya, bercita-cita
melebarkan sayap politiknya hingga ke gedung kura-kura di Senayan. Dengan
menjadi anggota DPR-RI, kelak, Bachtul berpikir tentu akan lebih mudah dan
gampang menggenjot pembangunan yang tengah dilakukan di daerah-daerah di Sumatera Barat.
Keteguhan Bachtul untuk merintis jalan ke Senayan, sama
kuatnya dengan komitmen Israr Jalinus memikirkan Dapilnya dari gedung rakyat di
jalan Khatib Sulaiman Padang. Kedua tokoh ini, cenderung menghindari janji-janji politik, kecuali menjawab aspirasi
dengan program pembangun. Bahkan saat ini, ketika menduduki kursi lembaga DPRD
Sumbar pun, kedua tokoh muda telah
banyak melakukan restorasi.
Banyak bukti untuk memperlihatkan perubahan yang telah
dilakukannya. Saban tahun, tak sedikit
proyek-proyek pembangunan yang dibiayai dengan APBD Sumbar yang notabene
merupakan hasil perjuangan mereka. Untuk tahun 2012 ini saja, sedikitnya nilai
nominal yang telah dialokasikan untuk Kabupaten Solok saja, contohnya, hampir
mencapai Rp 48 Milyar. Berjuangan Bachtul
bersama Israr Jalinus ini, didukung HM Nurnas yang notabene adalah Sumando
urang Solok, HM. Tauhid serta Zulkifli Jailani dan Saidal Masfiyudin Semua
kue pembangunan itu direbutkanya melalui perjuangan keras di Komisi III DPRD
Sumbar. Sehingga kini, sejumlah proyek infrastruktur
pertanian dan prasarana jalan dan jembatan terus dibenahi untuk menggangkat
struktur perekonomian masyarakat dari banyak sektor.
Kepedulian Bachtul dan israr, tidak tinggal di mulut
sebagai janji politik. Tidak ada yang membantah ketika ditanyakan di lingkungan
masyarakat di Daerah pemilihan mereka. “
Bachtul dan Israr Jalinus, dikenal sangat peduli. Beliau-beliau selalu turun ke
daerah-daerah menjeput aspirasi masyarakat, tidak hanya pada masa-masa menjelang pemilu legislatif. Tetapi sejak menjadi
anggota DPRD, secara teratur terus memperhatikan daerah asal pemilihannya, “ kata salah seorang tokoh masyarakat di Lembang
Jaya, Kabupaten Solok yang mengaku bernama Syamsiwir.
Pendapat serupa juga banyak diungkapkan oleh
masyarakat di Sulit Air, Sungai Lasi, dan bahkan Solok Selatan dan Pesisir
Selatan. Durasi Pengabdiannya lebih banyak dihabiskan untuk mengunjungi warga
yang notabene telah memberi amanah kepadanya.
Wakil rakyat itu telah memperjuangkan dana pembangunan. Akan sangat panjang untuk mengurai jumlah sarana dan
prasarana dan bentuk infrastruktur yang
sudah diperjuangan Israr dan Bachtul. Kendati pos anggarannya berasal dari APBD Sumbar, tetapi tanpa perjuangan dan
kerja keras melakukan terobosan-terobosan di tingkat Provinsi, bagaimana
mungkin dialokasikan sebanyak itu. “ Kita kadang malah bertengkar sesama
anggota legislatif untuk merebut anggaran itu agar dialokasikan ke Solok, “
ujar Bachtul.
Hasil dari ‘pettengkaran’ itu dapat
dilihat dari bentangan sejumlah proyek rehabilitasi
Irigasi Bandar Ubo di kecamatan Lembang Jaya, Irigasi Bandar Panjang Koto
Hilalang dan Bandar Panjang Sawah Sudut Salayo serta Irigasi Batang Lembang
Kanan di Koto Baru, kecamatan Kubung adalah sedikit contoh dari banyak kegiatan
proyek irigasi yang diperbaiki tahun 2012 ini.
“Masing-masing dialokasikan dana Rp 1
miliyar dan segera di kerjakan setelah tender dilaksanakan, “ kata Israr
Jalinus yang diamini oleh Kabid Cipta Karya Dinas PU Kab.. Solok
Welzinasli,ST dan KPA dari PSDA Sumbar Ujang Sarbaini ST,MM di Solok, baru-baru
ini. “ Kita
konsisten dengan komitmen untuk memperjuangkan
masyarakat, karena sejak awal kita duduk di DPRD Sumbar karena rakyat sebagai
konstituens kita, “ ulas Bachtul menimpali.
Bagi putra ke 8 dari 9
bersaudara ini, tugas wakil rakyat tidak hanya sekedar membagi-bagi bantuan. Ia
sengaja menghabiskan seluruh kemampuannya sebagai wakil rakyat justru untuk
memperjuangkan program berdasar aspirasi rakyat. Program-program yang bermanfaat untuk publik,
justru bisa diperjuangkan di lembaga legislatif. “ Anggota dewan itu tugas
utamanya bagaimana mampu melakukan restorasi. Memperjuangkan rakyat untuk
perubahan peradaban yang diawali dengan menggerakkan perekonomian, kesehatan
dan pendidikan. Karena itu,begitu kita duduk di lembaga DPRD, kita selalu
berjuang dan mempertaruhkan amanah untuk kepentingan masyarakat banyak, “ kata
lelaki berkacamata minus kelahiran Solok 28 November 1967 ini.
Anak ke delapan dari
pasangan Bachtiar Yusuf dan Hj Zanidar
itu menyebutkan bantuan-bantuan yang bersifat insidentil dan parsial, dimatanya
justru sebatas pelengkap atau pemanis
dari perjuangan program yang dilakukan. Bukan berarti ia alergi menyerahkan
bantuan sesaat, seperti bantuan seperti pupuk untuk kelompok tani, atau bantuan
bentuk lain kepada kelompok nagari, tetapi
manfaatnya Cuma seketika dan itupun biasanya di peroleh oleh sekelompok
orang saja. “ Tetapi yang sesuangguhnya dibutuhkan masyarakat adalah program
pembangunan. Dengan mendatangkan proyek irigasi, atau jalan dan jembatan,
dampaknya cukup luas terhadap perekonomian dan gunanya juga untuk waktu yang
relatif lama. Sesungguhnya ini yang harus diperjuangkan, bukan mengantarkan
bantuan parsial ketika hendak memulai kampanye saja, “ jelas alumni Fakultas
Teknis Unand Padang ini.
Bachtul
tentu bukan tanpa analisa menyampaikan demikian. Juga bukan tanpa realita ia
menuturkan pemikirannya. Secara kasat mata,
sejumlah proyek dengan nilai miliaran rupiah telah dihantarkannya ke
daerah-daerah asal pemilihannya. Bahkan tingginya nilai proyek perbaikan
irigasi yang dialokasikan, menurutnya tentu akan mengangkat produktifitas petanian ketika saluran irigasi
diperbaiki.
Tatkala
struktur perekonomian masyarakat masih menggantungkan harapan kepadastruktur sektor
pertanian, akan semakin berarti kalau akhirnya yang diperjuangkan adalah proyek
irigasi, jalan dan jembatan. Terbangunnya infrastruktur pertanian tentulah
bakal menjadi jaminan terhadap pasokan
air ke sawah-sawah. Kunci pasokan air sawah itu sendiri tergantung dari
kualitas irigasi itu sendiri.
“ Kita tidak bisa menutup mata jika irigasi menjadi
masalah dalam budidaya pertanian.karena itu perbaikan irigasi
selalu sangat urgens. Dan itu yang terus kita perjuangkan, “ jelas suami Imelda
Wiguna ini
Dampak domino dari perbaikan irigasi
tersebut, logika awam menyebutkan bakal
mampu mempertahankan dan bahkan meningkatkan produktivitas pertanian,
tentu pula akan mempertahankan produksi bareh Solok. Dalam kerangka ini, hasil
pertanian Kabupaten Solok yang khas, yakni bareh Solok dapat dipertahankan dan
bahkan mungkin selalu swasembada. “ Ketika obsesi itu terwujud, dengan
sendirinya kualitas kesejahteraan masyarakat akan tercapai, “ timpak Israr
Jalinus.
Berbeda hasilnya ketika
wakil rakyat mengantarkan bantuan-bantuan
sesaat. Sehebat-hebat angota dewan,
berapapun bantuan yang dialirkan ke daerah-daerah, kalau cuma sebatas bantuan
insidentil dan parsial akan habis dalam tempo waktu yang singkat. Artinya
berapapun uang yang dibagi-bagikan, katakanlah sedikitnya Rp 5 miliar untuk
satu masa kampanye, hasilnya tidak sebanding dengan apa yang sedang dibutuhkan
masyarakat. “ Bahkan yang beruntung cenderung sebagian kecil orang secara
pribadi, atau kelompok yang merasakan manfaatnya. Karena alasan itu harusnya
menjadi wakil rakyat itu berjuang
membawa dana negara ke dapilnya dalam bentuk program, bukan membawa bantuan
sesaat.Kita komit terhadap perjuangan ini, “ tegas Bachtul.
Dapat
dibayangkan, betapa rugi masyarakat yang memilih anggota legislatif yang duduk
di Senayan hanya mampu mengantarkan uang beberapa miliar untuk satu masa
kampanye, tetapi alpa merebut kue pembangunan di tingkat Nasional. Bila komitmen untuk memperjuangkan rakyat menjadi
hiasan hatinya, diyakini ratusan miliar
dana APBN dapat dialokasikan ke daerah-daerah pemilihannya di Sumatera
Barat. Namun yang terjadi selama ini cenderung ditukar dengan nilai nominal
dalam bentuk sumbangan ke mana-mana dan gemanya mengapung pula kemana-mana. “
Kan rugi marsyarakat kalau tokoh politik yang telah duduk di DPR-RI, kemudian
hanya membagi-bagikan beberapa miliar pada masa akan mengikuti pemilu
legislatif. Padahal seharusnya yang mereka bawa itu program pembangunan, bukan bagi-bagi
bantuan untuk sesaat, “ tegasnya.
Tetapi ironisnya masyarakat justru ikut terlena. Kalau akhirnya masyarakat bisa dipuaskan
dengan bantuan-bantuan sesaat itu, lama-lama wakil rakyat akan berpikir sesaat pula. Mereka hanya fokus
bagaimana mengumpulkan uang sebanyak banyaknya untuk disumbangkan pada saat kampanye.
Dalam kondisi sepeti itu, yang disangsikan adalah dana program pembangunan yang seharusnya dibawa ke daerah pemilihannya, justru di
‘jual’ ke daerah lain dengan kompensasi mengembalikan uang jasa. Dan uang jasa
itulah yang kemudian di bagikan ke daerah asalnya. “ Ya, bisa jadi demikian
analisanya. Tetapi sejatinya tugas wakil rakyat itu bukan membagikan bantuan
dalam bentuk uang atau barang-barang keperluan sesaat, melainkan memperjuangkan
rakyat dalam bentuk program pembangunan, “ papar tokoh muda asal Kabupaten
Solok itu ketika dikonfirmasi soal pola laku wakil rakyat di Senayan.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar