Minggu, 20 Oktober 2013

Perbaikan Irigasi Banda Laweh Harus Menyeluruh.

Ribuan Sawah Terlantar

SUPAYANG-- Senandung warga nagari Supayang dan Sirukam, Kecamatan Payung Sekaki, Kabupaten Solok yang sejak 5 tahun terakhir mengharapkan perbaikan  Irigasi Banda Laweh Kanan, tampaknya bakal terjawab. Harapan yang saban hari menjadi mimpi warga ke dua nagari setempat, semakin menumbuhkan elegi ketika melihat perbaikan irigasi Banda Laweh Kiri dengan memakai dana sebanyak Rp 28 Milyar yang dikerjakan dalam tahun jamak  sampai 2004. “ Padahal sebenarnya dengan memperbaiki saluran bandar laweh Kiri  yang berhulu di Panyakalan dan Bukit Tandang, tidak berdampak ekonomis kepada petani. Ibaratnya lain yang sakit, lain pula yang diobati, “ kata tokoh masyarakat Sirukam Malin Mandaro.
Pendapat serupa juga disampaikan Wali Nagari Supayang, Darmansyah, dengan memperbaiki saluran irigasi saja tanpa dibenahi hulu irigasi, hasilnya tidak ada. Semua bisa melihat, saluran irigasi Banda Laweh Kiri yang telah dirhabilitasi ternyata tetap saja tidak berair. “ Apa yang diharapkan petani kalau irigasinya kering. Masalahnya karena yang dikerjakan di hilir, sementara hulu irigasi itu sendiri diperbiarkan rusak parah. Ini yang keliru, “ kata Darmasyah.
Terkait itu, anggota DPRD Propinsi Sumbar Ir. Bachtul relatif geram. Dana APBD Provinsi Sumbar dengan pagu sebesar Rp 30 miliyar ternyata belum menyentuh aspirasi masyarakat. Dua kali Bachtul bersama mantan anggota Komisi III Israr Jalinus, ST meninjau lokasi irigasi tersebut, ia selalu mendapatkan kritikan pedas dari warga sekitar. “ Seharusnya yang diperbaiki hulu irigasi Banda Laweh yang berada di nagari Sirukam, bukan malah menembok saluran irigasinya di bawah. Tidak akan mengalir air kalau irigasi Supayang tidak diperbaiki, “ tandas  ketua BMN Supayang Ismail.
Dengan rusaknya Irigasi Banda Laweh, ditaksi ribuan hektar lahan sawah masyarakat di nagari-nagari yang ada di Kecamatan Payung Sekaki dan Bukit Sundi selalu kering. Terutama di nagari Supayang dan Sirukam, kondisi lawah sawah sejak 5 tahun terakhir berubah menjadi lahan tadah hujan. “ Semua warga disini hidupnya bertani. Tetapi karena selalu kering, banyak warga kami yang meninggalkan kampung, “ ulas Darmansyah prihatin.
Lantaran itu, bisa dimaklumi ketika Bachtul dan Israr Jalinus  hadir bersama Sekretaris PU Kab. Solok, Deni Prihatni.ST, warga setempat menuambut dingin. Sikap demikian lebih karena seringnya pejabat yang datang melihat-lihat  Banda Laweh. Mereka cuma melihat, menebar pesona, lalu pergi. Sementara harapan masyarakat tergantung juga. “ Apalagi sekarang tahun politik, banyak saja caleg yang seoalah olah prihatin. Tolonglah, jangan dipolitisasi nasib kami, “ kata salah seorang warga yang mengaku anggota P3A setempat.

Terhadap rintihan itu, Bachtul menyebutkan kapasitasnya datang ke Supayang bukan sebagai Caleg DPR-RI dari Nasdem, juga tidak dalam usaha sosialisasi diri. Tetapi sebagai wakil rakyat yang harus memperjuangkan aspirasi, ia telah membahas perbaikan Irigasi Banda Laweh dengan pihak Dinas PSDA Sumbar. Bersama anggota Komisi III lainnya,  seperti M. Tauhid, pihaknya berupaya menggodok masalah ini.  " Ternyata dari dana Rp. 28 milyar, yang terpakai baru sekitar 48 persen.  Artinya masih ada sisa anggaran tahun jamak 2014 yang dapat dipakai untuk memperbaiki irigasi Banda Laweh yang berhulu di Sirukam, " jelasnya di Supayang, Jum'at. (18/10).
Bachtul begitu keras memperjuangkan ini lantaran sebanyak 56 KK warga Sirukam yang hidup dibawah ancaman longsong Banda Laweh. " Ini harus disikapi cepat, karena anggaran yang dipakai adalah perbaikan Irigasi Banda Laweh. Artinya tidak ada benturan kalau dimanfaatkan untuk Banda Laweh Kanan atau Banda Laweh Kiri, " ulasnya.
Hadir bersama pemuka masyarakat Sirukam Malin Mandaro dan Ahmarius,  Bachtul dan Israr Jalinus serta Deni Prihatni menceritakan kronologis dialokasikannya biaya perbaikan Irigasi Banda Laweh. Sampai akhirnya dikerjakan saluran irigasi tersebut, hingga 50 persen pengerjaaan belum membawa manfaat kepada petani.
Menyikapi itu, Bachtul menjelaskan pihak PSDA telah melakukan revisi disign agar Irigasi Banda Laweh dikerjakan secara menyeluruh. Bahkan untuk meyakinkan warga setempat, Bachtul serta merta menelepon KPA Irigasi Banda Laweh dimaksud.
Terkait itu, ketua KAN Supayang Syamsurni Dt. Rajo Aceh menekankan pengerjaan proyek hendaknya dilakukan pengawasan yang  kuat. Tanpa pengawasan disangsikan kualitas pengerjaan. Begitu juga soal titik lokasi yang dikerjakan, jangan yang jebol juga di perbaiki, tetapi dialihkan alirannya. "sebutnya.
Pennanganan irigasi banda laweh dilaksnakan dgn maaksimal. Banda lweh kanan perlu merupakan kebutuhan menbdesa'm berapa milyat uang rakta hilang akibat tidak berfungsinya. Irigaasi.
Seperti diketahui, irigasi Bbanda. Laweh Kanan di kenagarian Sirukam ebol akibat bencana alam.Irigasi ini  dibangun tahun 2008 dengan APBD Sumbar. Sekira tahun 2010,  mengalami kerusakan akibat bencana alam. Setidaknya sepanjang 50 meter tebing irigasi jebol dan memutus aliran air dengan pipa. Sejak bencana alam itu, tidak pernah berfungsi lagi.


Irigasi Banda Laweh Kanan Rusak Parah

Ribuan Hektar Lahan Sawah Kekeringan

SIRUKAM=Lain yang sakit,lain pula yang diobati. Kiasan ini tampaknya menjadi penyakit baru bagi warga Supayang dan Sirukam, kecamatan Payung Sekali, Kabupaten Solok. Pasalnya, hampir ribuan hektar lahan persawahan masyarakat di kawasan itu kering kerontang akibat rusaknya Irigasi Banda Laweh Kanan. “ Seharusnya yang diperbaiki adalah irigasi Bandar Laweh Kanan, tetapi yang mendapat prioritas pengerjaan justru Irigasi Banda Laweh Kiri, “ kata Jon, warga Sirukam, Selasa (3/9) di Sirukam.
Bersama pemuka masyarakat setempat Malin  Bandaro, Jon yang juga tokoh pemuda Sirukam itu mengaku ribuan hektar lahan pertanian sawah terlantar selama tiga tahun akibat tidak berfungsinya irigasi Banda Laweh kanan. Selama ini warga melakukan aktivitas menunggu musim hujan karena lahan pertanian di kawasan itu sudah berubah menjadi lahan tadah hujan. “ Kami mohon pemerintah segera memperbaiki irigasi ini, “ tuturnya.

Jon bersama Malin Bandaro sengaja mencegat perjalanan anggota DPRD Propinsi Sumbar Ir. Bachtul sekembali menghadiri pelantikan Wali nagari Alahan panjang. Bersama Israr Jalinus, ST, yang notabene adalah  mantan anggota DPRD Sumbar  di Komisi III, Bachtul harus mendaki bukit untuk mencapai lokasi irigasi yang jebol akibat bencana alam.
Informasi yang dikumpulkan dari kedua tokoh masyarakat setempat, irtigasi Banda Laweh kanan dibangun tahun 2008 lalu yang dibiayai dengan APBD Sumbar. Sekira tahun 2000 lampau mengalami kerusakan akibat bencana alam. Setidaknya sepanjang 50 meter tebing irigasi jebol dan memutus aliran air dengan pipa.” Sejak bencana alam itu, tidak pernah berfungsi lagi. Bahkan kondisinya lebih parah kalau hujan lebat tiba, “ kata Malin Bandaro.
Masyarakat menjadi heran karena tahun 2013 ini yang mendapat prioritas adalah perbaikan jaringan irigasi Banda Laweh Kiri. Seluruh saluran ditembok dengan rapi, padahal yang lebih dibutuhkan justru Bandar Lawas Kanan, yang berpusat di Supayang dan Sirukam. “ Petani tidak bisa ke sawah selama ini, karena kekeringan terus, “ tambah Malin Bandaro.


Terhadap itu, anggota Komisi III DPRD Sumbar itu justru balik bertanya, karena yang diajukan masyarakat untuk perbaikan kala itu bukan irigasi Banda Laweh Kanan, tetapi Irigasi Banda Laweh Kiri.” Kalau kita tahu begini keadaannya, saluran ini tentu kita perjuangkan, “ timpalnya.
Sekalipun tidak bisa menjanjikan segera akan diperbaiki, setidaknya masyarakat sudah lega karena anggota DPRD Sumbar yang saat ini menjadi calon DPR-RI telah mengunjungi lokasi. Bachtul mengaku ia akan berusaha keras memperjuangkan perbaikan irigasi dimaksud.
Terpisah, wali nagari Supayang mengharapkan supaya perbaikan irigasi Banda Laweh Kanan mendapat perhatian dari pemerintah. Selain di Sirukam, lahan pertanian yang mengharapkan pengairan dari Banda Laweh Kanan adalah nagari Supayang. “ Bahkan tewrmasuk nagari-nagari yang ada di bawahnya seperti Kubang Duo, Kinari dan Bukit Tandang, tergantung kepada irigasi ini, “ kata Darmasyah menyudahi.


Senin, 07 Oktober 2013

Jalan Lubuk Selasih -Padang Aro Rampung

Perekonomian Solok Selatan Bergerak

                                        Kualitas jalan yang menjanjikan denyut perekonomian

SOLOK,BinNews--- Arus transportasi dari Lubuk Selasih ke Padang Aro, Kabupaten Solok Selatan kembali normal menyusul diperbaikinya sejumlah kerusakaan di  kawasan Aie Dingin dan Surian. Tersebab itu, kebanyakan pengguna jalan provinsi itu mengaku bersuka cita setelah perjalanan menjadi lancar. " Alhamdulillah, alah rancak  jalan ko  baliek. Sagalo urusan bisa capek, " ujar warga Solok Selatan yang mengaku bernama Marwan, 49 tahun, kepada Singgalang di Air Dingin, Lembah Gumanti, Selasa pekan lalu.
Perasaan Marwan bisa jadi merupakan representasi rasa syukur warga Solok Selatan yang saban hari memanfaatkan lintas Lubuk Selasih-Padang Aro. Perbaikan jalan tersebut serta merta menimbulkan dampak ekonomi yang tinggi kepada masyarakat.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kab. Solok Selatan Fachril Murad yang dihubungi secara terpisaah,  memastikan kebijakan rehabilitasi jalan raya menuju SolSel merupakan program yang pro rakyat. Dengan lancarnya hubungan lalu lintas Lubuk Selasih-Lubuk Gadang, lalu lintas perekonomian menjadi tinggi. " Sekalipun kerusakan lebih banyak berada di kawasan Kabupaten Solok, terutama di Aie Dingin, Lolo dan Surian, tetapi yang menikmati orang Solok Selatan. Kita disini bersyukur dan sekaligus berterimakasih kepada wakil rakyat yang memperjuangkan perbaikan jalan dimaksud, " kata Fachril Murad sambil menyebut sejumlah nama anggota Komisi III DPRD Sumbar yang identik dengan perjuangan perbaikan jalan dimaksud.
Sekda Kab.  Sosel yang selalu gigih mendesak  agar perbaikan jalan ke SolSel dilakukan, di gedung DPRD  Sumbar ia bahkan  berharap agar  pembukaan jalan alternatif ke Solok Selatan direalisasikan. Pihaknya meminta supaya Solok Selatan yang merupakan kawasan potensial, juga dapat di akses dari arah Sungai Rumbai dan Painan, Pesisir Selatan." Pembukaan jalan alternatif dari Sungai Rumbai sangat urgent bagi rakyat. Dengan. Pembangunan jalan itu, sekaligus  memberi ruang pertumbuhan kepada Kabupaten Solok Selatan," paparnya.


                                        Setentang perspektif jalan Lubuk Selasih-Muaro Labuh

Berjuang
Menyambut harapan  itu,  anggota DPRD Sumbar Ir. Bachtul memastikan pihaknya terus mengupayakan perbaikan perekonomian masyarakat melalui penguatan infrastruktur. Ia berpendapat aspirasi Kabupaten Solok Selatan yang disuarakan Sekda Fachril Murad sangat logis. " Sejatinya pembukaan jalan baru antara Sungai Rumbai-Solok Selatan sama pentingnya dengan jalan Kiliran Jao-Alahan Panjang-Pasar Baru Painan. Kita terus berjuang untuk itu," jelas anggota Komisi. III DPRD Sumbar itu.
Perbaikan ruas jalan Lubuk Selasih-Padang Aro menelan biaya Rp 38 miliar yang terpecah dalam empat paket pengerjaan. Sejumlah titik lokasi yang cukup parah terdapat di Aie Dingin dan Lolo Pantai Cermin, tampak sangat mulus setelah dilakukan pengecoran beton dengan sistim rigid vafeman.
Aloksi dana yang dipakai untuk kegiatan peningkatan jalan itu, menurut data Dinas Prasarana Jalan dan Tata ruang Pemukiman (Prasjal Tarkim) Sumbar terbagi dalam empat paket perbaikan, yaitu paket Peningkatan
Segem I antara  Surian-Padang Aro  sebanyak Rp. 10.894.769.970. Kemudian peningkatan jalan Surian-Padang Aro Segmen 2 dengan anggaran  Rp. 9.745.022.000, disusul Paket Padang Aro-Lubuk Malako dengan anggaran Rp. 5.592.492.400, serta Peningkatan jalan Lubuk Selasih-Surian memanfaatkan DAK tahun 2013 sebesar  Rp. 11.146.344.400.
Anggota  anggota DPRD Sumbar Ir. Bachtul ketika melakukan peninjauan bersama mantan anggota DPRD Sumbar Israr Jalinus ST. dan Sekretaris PU Kab. Solok Deni Prihatni ST, Selasa (24/9), menyebutkan, pengerjaan jalan Aie Dingin merupakan jawaban atas kebutuhan warga yang sangat mendesak. " Akses ekonominya menjadi lebih tinggi, makanya menjadi prioritas pemeritah untuk perbaikannya," jelas Bachtul.
Anggota Komisi III DPRD Sumbar. Ini bahkan ikut mendorong agar  ruas jalan antar Kabupaten yang berujung di Provinsi Jambi itu menjadi jalan nasional seperti keinginan Pemkab. Solok dan Pemkab. Solok Selatan.
Dengan semakin padatnya lalu lintas dari Padang menuju Sungai Penuh-Jambi,  tentunya transportasi ruas jalan Lubuk Selasih dan Padang Aro akan menjadi tinggi. Itu semua membutuhkan kualitas jalan yang baik untuk kelancaran transportasia.
Bersama  calon anggota DPRD Sumbar dari partai Gerindra, Israr Jalinus,  Bachtul  memandang kawasan Solok Selatan sangat urgens bagi pertumbahan ekonomi Sumatera Barat. Tersebab itu, tokoh muda asal Solok itu bersama koleganya di Komisi III DPRD Sumbar, selalu bersikeras agar arus transportasi ke Solok Selatan mendapat prioritas perbaikan. " Kita semua mengerti bahwa jalan merupakan urat nadi perekonomian, tetapi bagaimana pula perekonomian berdenyut bila urat nadinya tidak lancar. Falsasah itulah yang terus mendorong kita untuk merehab jalan jalan yang rusak ini, " ulas Bachtul yang juga calon anggota DPR-RI dari partai Nasdem itu.

Tingkatkan Status Jalan
 Tiga tokoh muda dalam warna eksekutif-legislatif

Ditempat lain, KPA Rehabilitasi Jalan Lubuk Selasih-Padang Aro dari Dinas Prasarana Jalan Pemukiman dan Tata Ruang Pemukiman (Prasjal Tarkim) Provinsi Sumbar Indra Jaya membenarkan biaya perbaikan jalan Lubuk Selasih-Padang Aro mencapai Rp 38 Miliar yang terpecah dalam empat paket pengerjaan. " Dengan pernaikan ini. Aktivitas tambang galian C yang dilakukan warga Aie Dingin berjalan normal, kondisi jalan juga akan terpelihara," ujarnya.
Setentang pemeliharaan ini, komitmen warga yang melakukan aktivitas galian C di kawasan itu harus dipelihara. Pihak Dinas PU 'ab. Solok selalu mendorong agar masyarakat ikut. Vertanggung jawab membersikan drainasenya nanati. ". Kita bahkan sudah melakukan sosialisasi dengan 31 kelompok pekerja galian c untuk menjaga normalisasi limbah galian C ini, " " tutur Deni.
Namun demikian pihaknya masih memerlukan dukungan dana propinsi untuk rehabilitasi drainase kearah lokasi tambang masyarakat. " Sekarang kondisi jalan sudah lebih baik. Mobilitas sudah semakin lancar. Kini tinggal kita mengusulkan bagaimana ruas jalan ini menjadi jalan Nasional. Pemkab. Solok telah mengusulkan  melalui dinas Prasjal Tarkim Propinsi Sumbar, " ucap Sekretaris Dinas PU ini mengakiri.-******

Selasa, 10 September 2013

Tinjau Balai Adat

Bachtul  Takjub Dengan Prosfek Alahan Panjang

Alahan Panjang--Masyarakat adat nagari Alahan Panjang, kecamatan lembah Gumanti meyatakan terimakasihnya kepada anggota DPRD Sumbar Ir, Bachtul atas perjuangannya merenovasi halaman Balai Adat setempat. Penyataan tersebut diungkapkan dengan mengajak anggota Komisi III tersebut meninjau halaman Balai Adat yang telah rampung pengerjaannya.” Bantuan yang diperjuangkan pak Bachtul telah dimanfaatkan untuk pembenahan  halaman dan pagar balai adat, “ papar Tasaruddin, mantan Wali Nagari Alahan Panjang, Selasa (3/9).

Tasaruddin menyebutkan, sebelumnya kondisi tempat bermusyawarah bagi kaum Adat di nagari Alahan Panjang itu kurang bagus. Lantaran itu pihaknya mengajukan permohonan kepada Bachtul sebagai anggota DPRD Sumbar. “ Kita sengaja mengajak pak Bachtul  melihat hasil bantuan yang diperjuangkannya, “ ucap Tasaruddin yang didampingi  sejumlah tokoh pemuda dan  caleg DPRD Sumbar dari PBB Hafni Havis..
Bachtul yang hadir bersama mantan koleganya di Komisi III DPRD Sumbar Israr Jalinus justru merasa takjub karena warga Alahan Panjang semakin maju. Kemajuan itu sendiri menjadi gambaran sinergitas dari seluruh komponen masyarakat. “ Kita tentunya harus mendorong dengan kegiatan-kegiatan untuk mencapai kesejahteraan bersama, “ kata politisi dari partai Nasdem yang maju sebagai Caleg DPR-RI tersebut.
Kecuali bantuan perbaikan halaman balai adat, Bachtul menyebutkan bahwa Alahan Panjang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Solok bagian selatan. Pihaknya akan terus berjuang untuk bagaimana kelak wilayah di kecamatan lembah Gumanti, Hiliran Gumanti berikut Pantai Cermin benar-benar tumbuh sebagai kantong perekonomian. “ Salah satu caranya dengan mewujudkan lintas Pasar Baru Pesisir Selatan-Alahan Panjang dan Kiliran Jao. Komitmen kita cukup tinggi untuk pembukaan jalan nini, “ jelasnya.
Searah dengan Bachtul, mantan  anggota Komisi III DPRD Sumbar Israr Jalinus menyebutkan kegigihannya dalam memperjuangkan lintas tengah yang disebutnya seperti memotong pulau Sumatera. Dengan pembukaan jalan Pasar Baru-Alahan Panjang-Kiliran Jao, Bachtul dan Israr meyakini akan mendorong pertumbuhan dan sekaligus membuka nagari-nagari yang selama ini dianggap tertinggal. “ Kini program  jalan Pasar Baru-Alahan Panjang-Kiliran Jao telah masuk sebagai program kawasan strategis Sumatera Barat. Kita akan berjuang sampai ini terwujud, “ paparnya menyudahi*****

Hortikultura Tinggalkan Budidaya Markisa

Sungai Nanam--Budidaya buahan Markisa semakin ditinggalkan masyarakat yang melakukan aktivitas pertanian di Kecamatan Lembah Gumanti. Kecenderungan petani setempat beralih kepada komoditi hortikultura seperti Bawang merah dan Lobak. “ Markisa sudah tidak bisa lagi diandalkan sebagai sumber perekonomian, ‘ ujar Ina, 45, petani asal nagari Sungai nanam, kecamatan lembah Gumanti Selasa (3/9) lalu.
Bersama suaminya, ibu 5 orang anak itu menggarap lahan pertaniannya dengan membudidayakan bawang sejak 5 tahun terakhir. Diselingi tanaman Lobak, hasil yang diperolehnya lebih baik dibanding kalau ia menanam Markisa. “ Harga Bawang cukup tinggi. Lobak juga dapat membantu. Semua petani disini tidak ada lagi yang menanam Markisa, “ ulasnya.

Sependapat dengan Ina, Dahrizal, petani lainnya juga menekuni tanaman serupa. Menurutnya hampir semua petani di nagari Sungai Nanam cenderung membudidayakan Bawang karena harganya relatif tinggi dan menguntungkan. “ Bila perawatannya baik, hasil panen bawang juga tinggi. Hal itu yang menyebabkan petani mulai meninggalkan buah Markisa, ‘ jelasnya.
Disela pengakuannya, baik Ina maupun Dahrizal tiba-tiba kaget ketika menyadari yang mengajaknya berdialog adalah anggota DPRD Propinsi Sumbar Ir. Bachtul bersama mantan anggota DPRD Sumbar Israr jalinus, ST. Mereka bahkan mengaku tidak percaya ketika berhadapan dengan bachtul dan israr Jalinus. “ Namo apak-apak ko acok wak danga, tapi kini baru basuo, “ ujar Ina sungkan, namun seperti tidak melepaskan pandangan ke wajah dua tokoh muda yang diakui banyak memperjuangkan aspirasi rakyat itu.
Terkait perubahan usaha itu, Bachtul yang juga Caleg DPR-RI dari partai Nasdem itu mendorong agar petani terus mengembangkan budidaya yang sesuai dengan kultur  masyarakat, termasuk kuntur tanah pertganian setempat. “ Tidak masalah berubah komoditas, sepanjang itu menguntungkan bagi petani, “ ucapnya.

Sedangkan Isarar Jalinus menilai apapun bentuk budidaya petani dilahan tersebut, cenderung berkembang pesat. Kondisi demikian membangkitkan produktivitas pertanian untuk mencapai kesejahteraan. “Bila petani makmur, tentu pemerintahan akan berjalan baik, “ kata Caleg DPRD Sumbar dari partai Gerindra ini. *****



Sawah Tanah Bato Sijunjung Terlantar

Nasib Petani  Tergantung Berkah Dari Langit

SIJUNJUNG-Masa empat  tahun bukan ruang waktu yang pendek. Bagi peternak Sapi, misalnya,  waktu sepanjang itu mampu meningkatkan populasi ternak untuk biaya naik haji.  Atau kalau ukurannya petani padi di Solok, empat tahun sudah menikmati panen raya setidaknya 8 kali.
Berbeda nasibnya  dengan petani di nagari Sijunjung, khususnya  mereka yang bermukim di jorong Tanah  Bato, nagari Sijunjung, kabupaten Sijunjung. Sepanjang masa itu, mereka hanya seperti   mengharapkan berkah dari langit. " Semua lahan disini adalah sawah tadah hujan. Ini sudah empat tahun sawah tidak diolah karena kekeringan, " kata tokoh pemuda setempat,Yosperi.
Bukan isu yang sedang diceritakan oleh Yosperi. Faktanya, mungkin ratusan hektar, atau sesayup mata memandang, lahan sawah masyarakat  jorong Tanah Bato Nagari Sijunjung, kecamatan Sijunjung, rata bagai padang tandus. Tanah sawah yang telah keras itupun ditumbuhi rumput merangas. Tersebab posisi tanah sawah itu relatif datar, ada warga  yang bersiloroh sudah bisa dialih fungsi menjadi lapangan bola
Sementara, nun disana, titik pandang seperti berdinding perbukitan yang hijau. " Itu kebun rakyat. Kebun karet. Kami disini sudah beralih usaha dengan  menakik (Meretas) getah." ulas Suhaidi, pemuka masyarakat lainnya.

Bukan karena pertanian sawah tidak bisa diharapkan,tetapi kekeringan terjadi karena tidak adanya  pengairan. Warga lalu menakik getah. Ada yang upahan dan sebagian bekerja diladangnya sendiri. Sedangkan beras dibeli dari hasil menakik getah. Atau paling mujur, kalau ada raskin diantarkan pemerintah.
Harapan Baru
Sentana warga Tanah Bato bersenandung tentang  infrastruktur pertanian yang kerap mengundang elegi, sekonyong-konyong timbul pengharapan. Harapan itu khususnya  dikaitkan dengan hasil pemilihan wali nagari setempat yang dilaksnakan tanggal 23 Agustus 2013 lampau.
Masyarakat nagari Sijunjung ini, dipastikan tidak salah memilih dengan munculnya Effendi  sebagai pemenang.  Effendi, wali nagari terpilih, ternyata memang tipikal pemimpin yang visionir. Suami bidan desa dengan tiga anak itu sudah memperlihatkan kemauan politiknya untuk membangun nagari. Ia, sekalipun belum dilantik,  telah memperlihatkan konmitmennya untuk mensejahterakan rakyat. Gejala itu terlihat ketika ia  membuka komunikasi dengan banyak pihak guna membantu mengembangkan visi dan misinya.
Satu hal yang cukup mengangetkan, adalah ketika ia berani betul "merampas" waktu anggota Komisi III DPRD Sumbar, Ir. Bachtul, yang sedang melakukan perjalan dari Dharmasraya menuju Solok, Jum'at (6/9). Tatkala melewati kawasan Tanjung Gadang, telepon anggota Komisi III itu berdentang untuk memintanya mampir ke tanah lapang yang sesungguhnya adalah hamparan sawah kering kerontang.  
Bachtul, yang sepanjang hari itu bersama Israr Jalinus, ST,  koleganya sewaktu di Komisi III DPRD Sumbar, serta merta  menyambangi Nagari Lansek Manih itu." Saya  banyak mendengar kepedulian pak Bachtul. Bachtul suka memperjuangkan Irigasi di Solok, itu sering saya dengar. Makanya saya mencegat beliau, " ucap Effendi.

Ia bahkan seperti menyesal kenapa baru sekarang berani menghubungi Bachtul. Tapi penyesalannya itu, seperti tertutup oleh alibi, bahwa  wakil rakyat yang aspiratif itu, duduk di DPRD Sumbar, tidak berasal dari daerah pemilihan Sijunjung. " Sekalipun pak Bachtul bukan dari dapil Sijunjung,  saya tidak mau tahu. Menurut saya,  ketika sudah berada di gedung dewan,  visinya tentu  ke seluruh Sumbar, tidak harus terkotak-kotak memikirkan dapilnya saja. Dalam membangun, wakil rakyat di Propinsi harusnya utuh menjangkau kepentingan rakyat Sumbar," ucapnya berdalih.
Karena argumentasi itu, Wali nagari terpilih yang akan dilantik pada tanggal 23 Semptember ini, mengaku belum terlambat menyampaikan harapan baru. " Masih ada kesempatan untuk mengadu," ulasnya.
Kepada Bachtul, Effendi kemudian menuturkan harapan warganya agar bagaimana ratusan hektar sawah tadah hujan itu bisa disulap menjadi lahan sawah beririgasi teknis. " Sebenarnya sumber air banyak di bukit Mangun itu, " kata Effendi sambil menunjuk bukit yang merupakan hutan karet
Ia menyebutkan, sumber sumber air untuk  irigasi cukup banyak. Bila sumber air di bukit Mangun di kelola dengan cara membuat bak penampungan atau recervoar, kemudian disalurkan dengan pipa ke areal sawah, dipastikan budidaya dapat dilakukan secara normal.
" Petani bisa turun ke sawah setidaknya sekali setahun, bila dibangun irigasi. Jaraknya sekitar 5 Kilometer untuk mencapai persawahan. Dengan pipa saja disalurkan itu sudah sangat membantu, tetapi memang perlu bak penampungan, " jelas Effendi.
Yosperi ikut memyakinkankan, bila untuk membuat embung sebagai penampung air memerlukan biaya tinggi, sekurangnya pemerintah memprioritaskan bak penampungan dan saluran pipa. " Soal pembebasan lahan, tidak ada masalah bagi rakyat bila lahan mereka dialiri air irigasi, " jelas Yosperi berapi-api.
Terhadap kebutuhan  itu, Bachtul tidak ingin meninggalkan janji. Tetapi secara teknis, kata dia, kebutuhan air bagi budidaya pertanian di Tanah Bato memang sangat vital.Ia memprediksi dengan anggaran  sebesar Rp 500 juta, petani di nagari Sijunjung akan kembali bertani seperti biasa. " Kita upayakan mendapatkan program irigasi. Mudah-mdahan masuk dalam APBD tahun 2014. Soal bagaimana teknis salurannya, apakah dengan pipa atau saluran permanen, itu nanti tim teknis saja yang menentukannya, " ucap Bachtul  yang sekaligus  adalah calon anggota DPR-RI nomor urut 1 dengan partai Nasdem

Rabu, 21 Agustus 2013

Bachtul, Israr Jalinus dan Nofi Candra

Tiga Politisi dari Solok yang Mencuri Perhatian

Kalau sekarang dilakukan jajak pendapat di Kabupaten Solok tentang politisi paling populer maka ada tiga nama yang akan muncul ke permukaan, Bachtul, Israr Jalinus dan Nofi Candra. Bukan saja karena baliho ketiganya tersebar hampir di semua sudut nagari di daerah ini, juga karena perjuangan dan pernyataan ketiganya di media massa dan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat begitu intens.

Bachtul satu-satunya politisi yang saat ini masih duduk di DPRD Provinsi Sumbar, dan kini mencalonkan diri untuk DPR RI dari Partai Nasdem. Bachtul bisa tersenyum lega setelah Mahkamah Konstitusi mengabulkan gugatan para caleg pindah partai. Melalui Surat keputusan MK Nomor 39/PUU-XI/2013 tertanggal 31 Juli 2013 Bachtul masih bisa bertahan di DPRD Sumbar sekalipun ia pindah partai dari PBR ke Nasdem. Karena PBR tidak termasuk peserta pemilu 2014.
“Alhamdulillah, saya masih di DPRD,” ujarnya kepada Singgalang. Semula ia sudah bersiap-siap untuk diganti. Sesuai dengan surat edaran KPU, ia pun sudah mengajukan surat pengunduran diri. Namun dengan keluarnya keputusan MK, maka ia gagal di-PAW. Bachtul bisa bertahan hingga masa jabatannya habis, sambil mempersiapkan diri menuju DPR RI. Dalam tiga pemilu terakhir, perjuangan Bachtul termasuk penuh liku.
Pada awalnya ia duduk di DPRD Sumbar dari PBB, tetapi perjalanannya tidak mulus sampai akhir. Ia harus berputar haluan. Bachtul pindah ke PBR. Sekalipun termasuk partai baru dan elektabilitasnya tidak terlalu tinggi, Bachtul mampu membuktikan dirinya sebagai pilihan rakyat. Buktinya melalui partai kecil inipun, ia kembali duduk di DPRD Sumbar untuk periode kedua 2009-2014. Pada pemilu 2014, putra Kabupaten Solok ini kembali harus menyeberang karena PBR tidak lolos sebagai peserta pemilu 2014. Ia pun kembali menjatuhkan pilihan ke partai baru yakni Partai Nasdem.

Tidak berbeda jauh dengan Israr Jalinus, yang kini sedang berjuang untuk kembali duduk di DPRD Sumbar melalui Partai Gerindra. Padahal selama 10 tahun lebih Israr Jalinus termasuk politisi Partai Amanat Nasional (PAN). Bukan anggota biasa, tetapi ia menjadi pemegang tampuk pimpinan PAN di Kabupaten Solok dan menjadi pengurus inti di PAN Provinsi Sumbar. Namun politik bukan matematika. Tidak selamanya ada jaminan dan kepastian. Bahkan setahun menjelang masa pengabdiannya berakhir, puting beliung menerpanya. Ia harus terpental dari kursi DPRD Sumbar, sekalipun ia sempat menjadi Ketua Fraksi Amanat Nasional dan memimpin Komisi III di mana ia bercokol selama ini.
Tidak lagi menjadi anggota DPRD Sumbar, tidak serta merta mengakhiri kiprahnya di tengah-tengah masyarakat. Bagi warga Kabupaten Solok, Israr Jalinus tetap saja tokoh yang dikagumi dan ditunggu kehadirannya. Ia hadir di masjid, datang ke lapangan olahraga, bertemu dengan para petani, berkunjung ke nagari tertinggal, dan tetap muncul ke permukaan. Bukan untuk kampanye karena masa kampanye memang belum dimulai, tetapi untuk memberikan bantuan. Ia bisa memberikan bantuan untuk pembangunan masjid atau musala, mendanai turnamen dan berbagai perlombaan, dan tetap menyuarakan pembebasan daerah tertinggal dan terisolir melalui pernyataannya. Karena itulah, sekalipun tidak lagi duduk di DPRD Sumbar, masyarakat tetap menempatkannya sebagai wakil rakyat karena selalu menyuarakan suara rakyat.
Dibanding Bachtul dan Israr Jalinus, kehadiran Nofi Candra memang terbilang baru. Apalagi Nofi Candra bukanlah anggota salah satu partai. Nofi Candra dikenal sebagai pengusaha muda sukses. Kini ia mencoba mengadu nasib sebagai calon DPD (Dewan Pimpinan Daerah) dari Sumbar. Ia menjadi sangat terkenal sejak memproklamirkan diri sebagai calon anggota DPD RI.

Spanduk dan baliho Nofi Candra bukan saja tersebar di berbagai sudud nagari di Kabupaten Solok, tetapi balihonya juga ada di Kota Solok, Solok Selatan, Sijunjung, Tanah Datar, Sawahlunto dan daerah lainnya di Sumbar. Ia memang termasuk calon DPD yang begitu gigih memperkenalkan diri. Wajar hal ini dilakukan karena ia termasuk pendatang baru. Jika ia berhasil maka akan menjadi sejarah tersendiri, dialah orang Solok pertama yang menjadi anggota DPD.
Sekalipun berbeda partai dan berbeda tujuan, tetapi ketiganya sering hadir bersamaan. Bachtul ingin ke DPR RI bersama Nasdem, Israr Jalinus akan ke DPRD Sumbar melalui Gerindra, sementara Naofi Candra berharap duduk di DPD RI melalui team yang solid. Berbeda partai, berbeda tempat yang dituju, tetapi ketiganya sering hadir bersamaan di berbagai kesempatan acara di Solok. Ketiganya juga sering menyertai perjalanan Bupati Solok, H. Syamsu Rahim saat bertemu masyarakat.
Karena itulah, tiga politisi dari Kabupaten Solok ini dikenal sebagai tiga serangkai yang saling melengkapi. Akankah ketiganya bisa melaju ke tempat yang dituju, pilihan rakyatlah yang akan menentukannya. (Waitlem-Singgalang)


Selasa, 30 Juli 2013

Jembatan Batang Ombilin Menumbuhkan Perekonomian

SOLOK-Aura suka cita membias dirona wajah warga Panjalangan, nagari Bukit Kanduang,kecamatan X koto Diatas Kab. Solok, kala menyambut kehadiran Bupati Solok Syamsu Rahim. Orang Nomor satu di bumi penghasil Markisa itu meninjau progres pembangunan jembatan yang menghubungkan dua daerah bersebelahan, Solok dan Tanah Datar, Kamis (4/7) lalu.

Jembatan permanen yang melintang diatas batang Ombolin itu, sekonyong telah menghbungkan kembali emosional masyarakat Panjalangan, Bukit Kanduang dengan Rambatan Tanah Datar. Bagi warga setempat, dibangunnya jembatan yang diiringi dengan peningkatan status jalan menjadi jalan Provinsi adalah sesuatu keniscayaan yang telah diwujudkan oleh dua tokoh muda asal Solok, Israr dan Bachtul. “ Beliau-beliau itu yang berjuang keras untuk mewujudkan mimpi warga disini. Dengan kapasitasnya sebagai anggota DPRD Sumbar, Bachtul dan Israr Jalinus telah meyakinkan Pemprov Sumbar untuk memperpendek akses dari dan ke Tanah Datar, “ kata Rosman, tokoh masyarakat Panjalangan yang mengaku kerabat Bupati Solok.
Kini dan hari yang akan datang,  dalam memori  masyarakat jembatan Panjalangan Bukit Kandung identik dengan nama Bachtul dan Israr Jalinus. Bupati Syamsu Rahim terkesima melihat kuatnya hubungan emosional wakil rakyat tersebut. Warga Panjalangan bahkan seperti telah memiliki komitmen untuk  menghantarkan kembali Israr Jalinus kembali ke kursi DPRD Sumbar yang ditinggalkannya karena alasan politis. Begitu juga dengan Bachtul, warga tanpa dirayu ingin mengantarkan tokoh muda Solok itu menjadi anggota DPR-RI di Senayan.
Itulah  alasan kenapa militansi sikap warga Panjalangan begitu tinggi kepada wakil rakyat yan gbenar-benar telah memikirkan masa depannya. Warga Bukit Kandung tidak ingin perhatian secara parsial atau sesaat, tetapi justru ingin berkembang seperti daerah-daerah tetangga. Jembatan Panjalangan merupakan kata kunci untuk kemajuan itu. “ Kini jembatan sedang dalam masa pengecoran. Ditambah perbaikan jalan sepanjang 3 Km dari arah Panjalangan, “ kata Wali Nagari Bukit Kanduang.
Jembatan sepanjang 60 meter yang membentang diatas sungai Batang Ombilin itu telah membuka akses dari Bukik Kanduang  menuju Jorong Sawah Kareh Nagari Balimbiang kec Rambatan Kab. Tanah Datar.
Malin Majo Pakieh yang juga ketua BMN nagari setempat menyebutkan, dengan adanya jembatan yang dibangun dengan APBD Propinsi Sumbar dengan tahun jamak hingga 2014, masyarakat Bukik Kanduang sangat bersyukur. Selama  ini, kata dia,  nagari Bukik Kanduanjg seolah terpencil Kalau mau ke Solok jarak tempuh sangat jauh. Begitu juga kalau hendak ke Batu Sangkar yang jarakanya relatif pendek, tetapi dipersulit oleh  sungai Batang Ombilin yang menjadi pemisah kedua daerah bertetangga.
Selama ini,  masyarakat yang hendak bepergian ke Batu Sangkar atau sebaliknya, hanya menggunakan jembatan gantung darurat untuk bisa dilalui kendataan roda dua.  “ Sekarang,  jembatan ini bahkan seperti mempersatukan emosional warga Batu Sangkar dan Kabupaten Solok," ulas M.Nur Malin Majo Pakieh.
Bupati Solok mengharapkan jembatan Panjalangan dapat dimanfaatkan seutuhnya tahun 2014. Jembatan yang digagas pertama tahun  2006 pemerintah Kabuapten Solok, bisa diwujudkan dimasa kepemimpinan Syamsu Rahim.” Kita bersyukur dengan pembangunan jembatan Batang Ombilin ini, ruas jalan antara Rambatan dan Bukit Kanduang meningkat statusnya menjadi jalan Provinsi, “ ujar Syamsu Rahim.
Dalam masa pengerjaaan, anggota Komisi III DPRD Sumbar Ir. Bachtul bertekad untuk mengawal pembangunan sampai benar-benar memberi manfaat kepada kedua Daerah, Solok dan Tanah Datar. “  “ Pembanguna jembatan dan jalan ini sangat tinggi dampaknya terhadap peningkatan perekonomian di kawasan Kabupaten Solok dan Tanah Datar, “ kata Bachtul menyudahi.***

Menjadi Wakil Rakyat Tidak Sekedar Bagi-Bagi Bantuan

Pembangunan merupakan suatu proses. Ia dilaksanakan melalui tahapan-tahapan yang terarah untuk mencapai tujuan. Tahapan pembangunan itu sendiri harus direncanakan sehingga mencapai sukses. Namun, adakalanya sebuah rencana terhadang masalah dana, yang kerap dilagukan sangat terbatas. Maka untuk mengaplikasikan rencana tersebut,  diperlukan perjuangan keras dari elemen lain yang bernama wakil rakyat agar dapat mengisi kebutuhan ril masyarakat.

Perjuangan itu sendiri, tentulah pula membutuhkan komitmen untuk tetap memikirkan rakyat. Ia tidak memerlukan wacana-wacana. Pembangunan tidak bisa dilaksanakan dengan khayalan satu malam. Dalam konteks ini, waktu adalah soal pembuktian.
Hari ini, ditengah kebutuhan masyarakat  semakin tak terpenuhi, seperti bagaimana sawah mereka tetap dialiri air, bagaimana mobilitas mereka tetap lancar dan bagaimana jembatan bisa menghubungkan ruas jalan yang terputus oleh sungai. Semua itu, dalam wacana-wacana tokoh politik yang makin marak menghebat-hebatkan diri, tetapi tidak jua mampu merubah kondisi daerah yang tetap terseok-seok.
Atau, ketika rakyat berharap kepada anggaran  yang termuat dalam APBD, pemerintah daerah selalu berkata tentang keterbatasan dana. Konon, pitih-pitihnya lebih tersedot untuk belanja pegawai. Paling tidak, di anggaran pemerintah Kabupaten Solok, misalnya, cuma tersisa anggaran 25  persen untuk belanja pembangunan. Semuanya disana. Pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan uang tak terduga bagai, di angka 25 persen itu juga.
Meratapi anggaran yang terbatas dimasing-masing daearah, seperti di Kota Solok, Kabupaten Solok dan Solok Selatan, termasuk pula Kabupaten Pesisir Selatan, setidaknya masih bisa menumpangkan harapan ketika  tokoh-tokoh muda mereka duduk di lembaga DPRD Sumbar. Visi kedua tokoh muda ini cukup tegas untuk membangun daerah asal pemilihannya, yakni Sumbar II (Kota dan Kabupaten Solok, Kab.  Solok Selatan, termasuk pula Kabupaten Pesisir Selatan). Sosok politikus yang santun dan selalu peduli terhadap aspirasi rakyat dan menjeput kebutuhan masyarakat sampai ke pelosok-pelosok tentu saja Ir. Bachtul. Putra nagari  Guguak,kecamatan Gunung Talang yang tampil ke DPRD Sumbar bersama partai PBR, dan satu lagi Ir. Israr Jalinus, Ketua BPOK DPW PAN Sumatera Barat, yang juga Ketua Fraksi PAN DPRD Sumbar.
Tidak begitu sulit mengenal tokoh-tokoh muda yang notabene merupakan putra harapan Kabupaten Solok saat ini. Pula, bukan sebuah keniscayaan ketika Bachtul, misalnya,  bercita-cita melebarkan sayap politiknya hingga ke gedung kura-kura di Senayan. Dengan menjadi anggota DPR-RI, kelak, Bachtul berpikir tentu akan lebih mudah dan gampang menggenjot   pembangunan yang tengah  dilakukan di daerah-daerah di Sumatera Barat.
Keteguhan Bachtul untuk merintis jalan ke Senayan, sama kuatnya dengan komitmen Israr Jalinus memikirkan Dapilnya dari gedung rakyat di jalan Khatib Sulaiman Padang. Kedua tokoh ini, cenderung menghindari  janji-janji politik, kecuali menjawab aspirasi dengan program pembangun. Bahkan saat ini, ketika menduduki kursi lembaga DPRD Sumbar pun, kedua tokoh  muda telah banyak melakukan restorasi.
Banyak bukti untuk memperlihatkan perubahan yang telah dilakukannya.  Saban tahun, tak sedikit proyek-proyek pembangunan yang dibiayai dengan APBD Sumbar yang notabene merupakan hasil perjuangan mereka. Untuk tahun 2012 ini saja, sedikitnya nilai nominal yang telah dialokasikan untuk Kabupaten Solok saja, contohnya, hampir mencapai Rp 48 Milyar. Berjuangan Bachtul bersama Israr Jalinus ini, didukung HM Nurnas yang notabene adalah Sumando urang Solok, HM. Tauhid serta Zulkifli Jailani dan Saidal Masfiyudin Semua kue pembangunan itu direbutkanya melalui perjuangan keras di Komisi III DPRD Sumbar. Sehingga kini, sejumlah proyek   infrastruktur pertanian dan prasarana jalan dan jembatan terus dibenahi untuk menggangkat struktur perekonomian masyarakat dari banyak sektor.
Kepedulian Bachtul dan israr, tidak tinggal di mulut sebagai janji politik. Tidak ada yang membantah ketika ditanyakan di lingkungan masyarakat di Daerah pemilihan mereka.  “ Bachtul dan Israr Jalinus, dikenal sangat peduli. Beliau-beliau selalu turun ke daerah-daerah menjeput aspirasi masyarakat,  tidak hanya pada masa-masa menjelang  pemilu legislatif. Tetapi sejak menjadi anggota DPRD, secara teratur terus memperhatikan daerah asal  pemilihannya, “ kata  salah seorang tokoh masyarakat di Lembang Jaya, Kabupaten Solok  yang  mengaku bernama Syamsiwir.
Pendapat serupa juga banyak diungkapkan oleh masyarakat di Sulit Air, Sungai Lasi, dan bahkan Solok Selatan dan Pesisir Selatan. Durasi Pengabdiannya lebih banyak dihabiskan untuk mengunjungi warga yang notabene telah memberi amanah kepadanya.
Wakil rakyat itu telah memperjuangkan dana pembangunan. Akan sangat panjang untuk mengurai jumlah sarana dan prasarana dan bentuk  infrastruktur yang sudah diperjuangan Israr dan Bachtul. Kendati pos anggarannya berasal dari  APBD Sumbar, tetapi tanpa perjuangan dan kerja keras melakukan terobosan-terobosan di tingkat Provinsi, bagaimana mungkin dialokasikan sebanyak itu. “ Kita kadang malah bertengkar sesama anggota legislatif untuk merebut anggaran itu agar dialokasikan ke Solok, “ ujar Bachtul.
Hasil dari ‘pettengkaran’ itu dapat dilihat dari bentangan sejumlah proyek  rehabilitasi Irigasi Bandar Ubo di kecamatan Lembang Jaya, Irigasi Bandar Panjang Koto Hilalang dan Bandar Panjang Sawah Sudut Salayo serta Irigasi Batang Lembang Kanan di Koto Baru, kecamatan Kubung adalah sedikit contoh dari banyak kegiatan proyek irigasi yang diperbaiki tahun 2012 ini.
“Masing-masing dialokasikan dana Rp 1 miliyar dan segera di kerjakan setelah tender dilaksanakan, “ kata Israr Jalinus  yang diamini oleh Kabid Cipta Karya Dinas PU Kab.. Solok Welzinasli,ST dan KPA dari PSDA Sumbar Ujang Sarbaini ST,MM di Solok, baru-baru ini. “ Kita konsisten dengan komitmen untuk  memperjuangkan masyarakat, karena sejak awal kita duduk di DPRD Sumbar karena rakyat sebagai konstituens kita, “ ulas Bachtul menimpali.
Bagi putra ke 8 dari 9 bersaudara ini, tugas wakil rakyat tidak hanya sekedar membagi-bagi bantuan. Ia sengaja menghabiskan seluruh kemampuannya sebagai wakil rakyat justru untuk memperjuangkan program berdasar aspirasi rakyat.  Program-program yang bermanfaat untuk publik, justru bisa diperjuangkan di lembaga legislatif. “ Anggota dewan itu tugas utamanya bagaimana mampu melakukan restorasi. Memperjuangkan rakyat untuk perubahan peradaban yang diawali dengan menggerakkan perekonomian, kesehatan dan pendidikan. Karena itu,begitu kita duduk di lembaga DPRD, kita selalu berjuang dan mempertaruhkan amanah untuk kepentingan masyarakat banyak, “ kata lelaki berkacamata minus kelahiran Solok 28 November  1967 ini.
Anak ke delapan dari pasangan Bachtiar Yusuf dan Hj Zanidar  itu menyebutkan bantuan-bantuan yang bersifat insidentil dan parsial, dimatanya justru  sebatas pelengkap atau pemanis dari perjuangan program yang dilakukan. Bukan berarti ia alergi menyerahkan bantuan sesaat, seperti bantuan seperti pupuk untuk kelompok tani, atau bantuan bentuk lain kepada kelompok nagari, tetapi  manfaatnya Cuma seketika dan itupun biasanya di peroleh oleh sekelompok orang saja. “ Tetapi yang sesuangguhnya dibutuhkan masyarakat adalah program pembangunan. Dengan mendatangkan proyek irigasi, atau jalan dan jembatan, dampaknya cukup luas terhadap perekonomian dan gunanya juga untuk waktu yang relatif lama. Sesungguhnya ini yang harus diperjuangkan, bukan mengantarkan bantuan parsial ketika hendak memulai kampanye saja, “ jelas alumni Fakultas Teknis Unand Padang ini.

Bachtul tentu bukan tanpa analisa menyampaikan demikian. Juga bukan tanpa realita ia menuturkan pemikirannya. Secara kasat mata,  sejumlah proyek dengan nilai miliaran rupiah telah dihantarkannya ke daerah-daerah asal pemilihannya. Bahkan tingginya nilai proyek perbaikan irigasi yang dialokasikan, menurutnya tentu akan mengangkat  produktifitas petanian ketika saluran irigasi diperbaiki. 
Tatkala struktur perekonomian masyarakat  masih  menggantungkan harapan kepadastruktur sektor pertanian, akan semakin berarti kalau akhirnya yang diperjuangkan adalah proyek irigasi, jalan dan jembatan. Terbangunnya infrastruktur pertanian tentulah bakal  menjadi jaminan terhadap pasokan air ke sawah-sawah. Kunci pasokan air sawah itu sendiri tergantung dari kualitas irigasi itu sendiri.
“ Kita tidak bisa menutup mata jika irigasi menjadi masalah dalam budidaya pertanian.karena itu perbaikan irigasi   selalu sangat urgens. Dan itu yang terus kita perjuangkan, “ jelas suami Imelda Wiguna ini 
Dampak domino dari perbaikan   irigasi tersebut, logika awam menyebutkan bakal  mampu mempertahankan dan bahkan meningkatkan produktivitas pertanian, tentu pula akan mempertahankan produksi bareh Solok. Dalam kerangka ini, hasil pertanian Kabupaten Solok yang khas, yakni bareh Solok dapat dipertahankan dan bahkan mungkin selalu swasembada. “ Ketika obsesi itu terwujud, dengan sendirinya kualitas kesejahteraan masyarakat akan tercapai, “ timpak Israr Jalinus.
Berbeda hasilnya ketika wakil rakyat mengantarkan bantuan-bantuan sesaat. Sehebat-hebat angota dewan, berapapun bantuan yang dialirkan ke daerah-daerah, kalau cuma sebatas bantuan insidentil dan parsial akan habis dalam tempo waktu yang singkat. Artinya berapapun uang yang dibagi-bagikan, katakanlah sedikitnya Rp 5 miliar untuk satu masa kampanye, hasilnya tidak sebanding dengan apa yang sedang dibutuhkan masyarakat. “ Bahkan yang beruntung cenderung sebagian kecil orang secara pribadi, atau kelompok yang merasakan manfaatnya. Karena alasan itu harusnya menjadi wakil rakyat itu  berjuang membawa dana negara ke dapilnya dalam bentuk program, bukan membawa bantuan sesaat.Kita komit terhadap perjuangan ini, “ tegas Bachtul.
Dapat dibayangkan, betapa rugi masyarakat yang memilih anggota legislatif yang duduk di Senayan hanya mampu mengantarkan uang beberapa miliar untuk satu masa kampanye, tetapi alpa merebut kue pembangunan di tingkat Nasional. Bila komitmen untuk memperjuangkan rakyat menjadi hiasan hatinya, diyakini ratusan miliar  dana APBN dapat dialokasikan ke daerah-daerah pemilihannya di Sumatera Barat. Namun yang terjadi selama ini cenderung ditukar dengan nilai nominal dalam bentuk sumbangan ke mana-mana dan gemanya mengapung pula kemana-mana. “ Kan rugi marsyarakat kalau tokoh politik yang telah duduk di DPR-RI, kemudian hanya membagi-bagikan beberapa miliar pada masa akan mengikuti pemilu legislatif. Padahal seharusnya yang mereka bawa itu program pembangunan, bukan bagi-bagi bantuan untuk sesaat, “ tegasnya.

Tetapi ironisnya masyarakat justru ikut terlena.  Kalau akhirnya masyarakat bisa dipuaskan dengan bantuan-bantuan sesaat itu, lama-lama wakil rakyat  akan berpikir sesaat pula. Mereka hanya fokus bagaimana mengumpulkan uang sebanyak banyaknya untuk  disumbangkan pada saat kampanye.

Dalam kondisi sepeti itu, yang disangsikan adalah  dana program pembangunan yang seharusnya  dibawa ke daerah pemilihannya, justru di ‘jual’ ke daerah lain dengan kompensasi mengembalikan uang jasa. Dan uang jasa itulah yang kemudian di bagikan ke daerah asalnya. “ Ya, bisa jadi demikian analisanya. Tetapi sejatinya tugas wakil rakyat itu bukan membagikan bantuan dalam bentuk uang atau barang-barang keperluan sesaat, melainkan memperjuangkan rakyat dalam bentuk program pembangunan, “ papar tokoh muda asal Kabupaten Solok itu ketika dikonfirmasi soal pola laku wakil rakyat di Senayan.*** 

Bachtul Perjuangkan Air Bersih di Koto Gadang Guguak

SOLOK-Tatkala kebutuhan masyarakat telah berkembang lebih maju, kebanyakan warga dinagari Nagari Koto Gadang Guguk, Kabupaten Solok masih berkutat dengan kebutuhan primer berupa prasarana air bersih. “ Terutama kami warga yang bermukim di jorong Pasar Usang, jorong Talago dan jorong Kampung Jawa, sangat membutuhkan air bersih ,” papar Herman Sikumbang, 42, penduduk Pasar Usang, nagari Koto Gadang Guguk kepada Singgalang Sabtu (27/7).
Herman sampai menekankan kebutuhan itu tentu saja untuk lebih meyakinkan aspirasinya kepada Ir. Banchtul, anggota DPRD Sumbar yang menyediakan waktunya untuk meninjau lokasi pembangunan  jaringan air bersih dimaksud. Masyarakat menyampaikan terimakasih yang tinggi, karena selama  ini warga setempat  kesulitan mendapatkan air, termasuk untuk kebutuhan SMP Negeri 3 Gunung Talang dan beberapa tempat ibadah seperti masjid dan mushalla.
Menurutnya,  warga melalui pemerintah nagari telah acap benar mengemukakan keluhan ini kepada Pemkab. Solok, termasuk ke DPRD setempat. Namun kenyataannya hingga hari ini belum terlihat realisasinya. Herman menyebut beruntung memiliki wakil rakyat di Komisi III DPRD Sumbar ir. Bachtul, dan memperjuangkan aspirasi masyarakat. “ Pak Bachtul telah memperjuangkan kebutuhan kami dan tahun 2013 ini akan direalisasikan, “ ucapnya.
Kehadiran anggota DPRD Sumbar yang juga merupakan putra nagari Guguk di lokasi  air bersih itu, disambut  masyarakat dengan antusias. Saking tingginya harapan itu, warga setempat mengaku tidak  akan menuntut ganti rugi jika lokasinya terkena lintasan pipa air bersih. “ Kita sudah lama mendambakan air minum, “ ucap Yunus, warga jorong yang sama.
Setentang itu, Bachtul sendiri memastikan dalam waktu dekat nagari penghasil Alpokat itu itu akan dialiri air bersih. Ia menyebutkan bahwa sebenarnya proyek air bersih itu sudah dianggarkan pada APBD Sumbar tahun 2012 lalu. Tetapi lantaran  persoalan tekhnis, program air bersih  baru tahun 2013 ini bisa dilaksanakan.
Dengan memanfaatkan dua sumber air di Rimbang dan Bawah Bukik Gompong  yang berada di kaki Gunung Talang, Pemprov Sumbar mengalokasikan   dana  sebesar Rp 1,5 Milyar. Dengan pagu dana tersebut, diperkirakab mampu  memfasilitasi sebanyak 280 rumah tangga di nagari Koto Gadang Guguk.  “ Proyek ini dianggarkan di APBD Sumbar, tetapi pelaksanaannya diserahkan kepada Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Solok,” jelas Bachtul memastikan***.